Marco's Blog
Senin, 12 Mei 2014
PETA RISIKO BENCANA ERUPSI GUNUNG MERAPI
Lihat Peta Risiko Bencana Erupsi Gunung Merapi di peta yang lebih besar
Sabtu, 21 Juli 2012
Rawa Pening
2.
Rawa
Pening
Koordinat
: 07o18,389’ LS dan 110o25,359
BT
UTM 49M X: 0436268 dan Y: 9192341
Ø Bentang
Alam
Rawa Pening terletak pada cekungan
antargunungapi atau intervolcano basin
dari Gunungapi Ungaran, Telomoyo, dan Merbabu. Rawa Pening merupakan ringwall dari aliran lava
gunungapi-gunungapi tersebut, maka terjadilah sedimentasi material-material
hasil erupsi gunungapi ketika masih aktif. Sedimentasi tersebut kemudiaan
terakumulasi pada sebuah cekungan dibawah ringwall
tadi. Selain itu, bukit-bukit gunungapi sekitar Rawa Pening memiliki fungsi
sebagai daerah tangkapan hujan sehingga air yang mengalir akan tertampung di
rawa ini.
Pembanggkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) di Jawa Tengah yang pertama kali dibangun di Tuntang-Ambarawa,
menggunakan air Rawa Pening yang dialirkan
melalui Sungai Tuntang. Pada waktu pembangunan PLTA Tuntang diperkirakan
daerah tangkapan hujan Rawa Pening masih dalam kondisi baik, erosi dan gerak
massa batuan rendah, karena sebagian besar masih tertutup vegetasi. Namun saat
ini karena jumlah penduduk semakin meningkat maka kebutuhan lahan juga
meningkat. Akibatnya lahan daerah tangkapan hujan Rawa Pening telah berubah
menjadi kawasan permukiman dan lahan pertanian yang berdampak pada erosi dan
sedimentasi di lereng pegunungan meningkat sehingga berpengaruh pada
sedimentasi Rawa Pening juga meningkat pula yang bisa berakibat pada
pendangkalan Rawa Pening. Selain itu, pendangkalan juga disebabkan oleh adanya
enceng gondok yang berkembang pesat dan membuat warna air permukaan rawa
menjadi biru. Pendangkalan ini sangat mengancam kelestarian PLTA Tuntang dan
perikanan, namun disisi positif muncul lahan usaha baru, yaitu penambangan
humus enceng gondok sebagai bahan pembuatan pupuk dan juga pemanfaatan lahan
dangkalan yang tidak terpakai untuk lahan pertanian.
Rawa
Pening (foto oleh Niwang Sukma P. 2012)
Makhluk hidup yang dapat tumbuh di
daerah ini adalah ekosistem berupa enceng gondok,
pohon kaktus, ikan. Dominasi organisme yaitu enceng gondok, populasi enceng
gondok sangat banyak karena material organisme yang terbawa oleh sungai telalu
banyak sehingga nutrisi mudah didapat oleh enceng gondok, karena hal tersebut
terjadilah ledakan populasi. Peran
organisme enceng gondok merupakan gulma yang tumbuh akibat banyak zat organik
yang terlarut didalam rawa. Karena terlalu banyak pupolasi enceng gondok
sehingga menutupi permukaan air rawa sehingga oksigen yang berada di air rawa
sangat sedikit sehingga menggangu organisme lain seperti ikan yang berada di
rawa.ikan yang berada di rawa kebanyakan ikan mujaer.
Ø Bentang
Budaya
Penduduk di
daerah ini masih sangat jarang karena masih banyak lahan yang kosong. Sebagian
rumah yang berada disekitar rawa pening terbuat dari papan kayu.
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat
disekitar rawa pening bekerja sebagai petani,tetapi ada juga yang bekerja pada
sektor perdagangan, kerajianan, dan pariwisata. Pada sektor kerajinan
masyarakat disekitar rawa pening memanfaatkan enceng gondok sebagai bahan
kerajinan untuk dijadikan aksesoris. Enceng
gondok yang dimanfaatkan adalah yang sudah besar. Setelah di ambil enceng gondok
kemudian di jemur hingga kering kemudian dianyam sesuai dengan kerajinan yang
akan di buat. Pemasaran produk ini mencapai mancanegara.
Enceng gondok di Rawa Pening (foto
oleh Niwang Sukma P. 2012)
Rawa Pening merupakan kawasan budidaya
pariwisata di Kabupaten Semarang yang mencakup beberapa kecamatan. Salah satu
objek wisata berupa Bukit Cinta yang berada di tepi rawa. Akan tetapi pada saat
pengamatan tempat tersebut pengunjungnya tidak terlalu banyak. Akses dan
konektivitas, daerah ini sudah termasuk baik dengan adanya jalan raya yang
menghubungkan dengan kabupaten-kabupaten lain.
Fenomena dan masalah sosial budaya Rawa
Pening adalah penggunaan pupuk untuk pertanian mengalir ke rawa. Humus dari
pembusukan di dasar rawa menghasilkan tanah gambut dengan PH rendah dan
kualitas airnya menjadi asam.
Solo at night
SOLO
AT NIGHT
(Menghantui KKL 1)
Solo merupakan spot
terakhir yang kami kunjungi pada KKL 1 di hari yang pertama, yaitu senin
tanggal 12 Juli 2012. Di spot yang terakhiri ini kami diberi waktu untuk
bersenang-senang sejenak setelah menjalani hari pertama KKL1 yang bisa dibilang
cukup melelahkan. Lokasi saat itu di sekitar kawasan Keraton Solo. Pada malam
itu tampaknya dijadikan kesempatan bagi peserta KKL1 untuk melengkapi
catatannya. Saya pun juga tergerak untuk melengkapi ceklist dan catatan pada
notes.
Ceklist pada hari
pertama pun sudah selesai saya lengkapi. Ketika saya berniat ingin melengkapi
catatan pada notes, saya baru menyadari bahwa notes saya hilang. Pada saat itu
rasa takut dan khawatir akan dihukum oleh P. Widi mulai bergejolak, karena
beliau merupakan penegak disiplin pada KKL 1 ini. Saya pun mulai sibuk
mencari-cari notes yang hilang, sedangkan yang lain masih sibuk dengan
ceklistnya masing.
Setelah sekian lama
mencari dan tidak menuaikan hasil akhirnya terdengar bus pun akan berangkat ke
penginapan. Akhirnya saya masuk bus. Di dalam bus rasa khawatir saya mulai
menjadi-jadi karena teman-teman yang menakut-nakuti saya. Saya mulai
berimajinasi tentang apa yang akan terjadi terhadap saya, dan hukuman apa yang
akan diberikan kepada orang teledor seperti saya. Apakah saya akan diberi uang
Rp 5.000 kemudian disuruh pulang?
Setelah sampai di
penginapan saya menemui dosen pembimbing dan menjelaskan mengenai notes yang
hilang itu. Karena dosen pembimbing saya baik hati maka saya tidak dikenai
sanksi dan disuruh menulis ulang ke notes lain. Walaupun demikian kejadian ini
merupakan hal sangat fatal. Karena catatan merupakan hal yang paling penting
dalam melakukan servey bentanglahan. Semoga ke depannya saya bisa menjadi
manusia yang lebih berhati-hati supaya kejadian seprti ini tidak terjadi
dikemudian hari. Amin
Langganan:
Postingan (Atom)