Sabtu, 21 Juli 2012

Rawa Pening


2.        Rawa Pening
Koordinat :           07o18,389’ LS dan 110o25,359 BT
                                    UTM  49M      X:  0436268 dan Y: 9192341
Ø  Bentang Alam
Rawa Pening terletak pada cekungan antargunungapi atau intervolcano basin dari Gunungapi Ungaran, Telomoyo, dan Merbabu. Rawa Pening merupakan ringwall dari aliran lava gunungapi-gunungapi tersebut, maka terjadilah sedimentasi material-material hasil erupsi gunungapi ketika masih aktif. Sedimentasi tersebut kemudiaan terakumulasi pada sebuah cekungan dibawah ringwall tadi. Selain itu, bukit-bukit gunungapi sekitar Rawa Pening memiliki fungsi sebagai daerah tangkapan hujan sehingga air yang mengalir akan tertampung di rawa ini.
Pembanggkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jawa Tengah yang pertama kali dibangun di Tuntang-Ambarawa, menggunakan air Rawa Pening yang dialirkan  melalui Sungai Tuntang. Pada waktu pembangunan PLTA Tuntang diperkirakan daerah tangkapan hujan Rawa Pening masih dalam kondisi baik, erosi dan gerak massa batuan rendah, karena sebagian besar masih tertutup vegetasi. Namun saat ini karena jumlah penduduk semakin meningkat maka kebutuhan lahan juga meningkat. Akibatnya lahan daerah tangkapan hujan Rawa Pening telah berubah menjadi kawasan permukiman dan lahan pertanian yang berdampak pada erosi dan sedimentasi di lereng pegunungan meningkat sehingga berpengaruh pada sedimentasi Rawa Pening juga meningkat pula yang bisa berakibat pada pendangkalan Rawa Pening. Selain itu, pendangkalan juga disebabkan oleh adanya enceng gondok yang berkembang pesat dan membuat warna air permukaan rawa menjadi biru. Pendangkalan ini sangat mengancam kelestarian PLTA Tuntang dan perikanan, namun disisi positif muncul lahan usaha baru, yaitu penambangan humus enceng gondok sebagai bahan pembuatan pupuk dan juga pemanfaatan lahan dangkalan yang tidak terpakai untuk lahan pertanian.

Rawa Pening (foto oleh Niwang Sukma P. 2012)
Makhluk hidup yang dapat tumbuh di daerah ini adalah ekosistem berupa enceng gondok, pohon kaktus, ikan. Dominasi organisme yaitu enceng gondok, populasi enceng gondok sangat banyak karena material organisme yang terbawa oleh sungai telalu banyak sehingga nutrisi mudah didapat oleh enceng gondok, karena hal tersebut terjadilah ledakan populasi. Peran organisme enceng gondok merupakan gulma yang tumbuh akibat banyak zat organik yang terlarut didalam rawa. Karena terlalu banyak pupolasi enceng gondok sehingga menutupi permukaan air rawa sehingga oksigen yang berada di air rawa sangat sedikit sehingga menggangu organisme lain seperti ikan yang berada di rawa.ikan yang berada di rawa kebanyakan ikan mujaer.
Ø  Bentang Budaya
Penduduk di daerah ini masih sangat jarang karena masih banyak lahan yang kosong. Sebagian rumah yang berada disekitar rawa pening terbuat dari papan kayu. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat disekitar rawa pening bekerja sebagai petani,tetapi ada juga yang bekerja pada sektor perdagangan, kerajianan, dan pariwisata. Pada sektor kerajinan masyarakat disekitar rawa pening memanfaatkan enceng gondok sebagai bahan kerajinan untuk dijadikan aksesoris. Enceng gondok yang dimanfaatkan adalah yang sudah besar. Setelah di ambil enceng gondok kemudian di jemur hingga kering kemudian dianyam sesuai dengan kerajinan yang akan di buat. Pemasaran produk ini mencapai mancanegara.

Enceng gondok di Rawa Pening (foto oleh Niwang Sukma P. 2012)
Rawa Pening merupakan kawasan budidaya pariwisata di Kabupaten Semarang yang mencakup beberapa kecamatan. Salah satu objek wisata berupa Bukit Cinta yang berada di tepi rawa. Akan tetapi pada saat pengamatan tempat tersebut pengunjungnya tidak terlalu banyak. Akses dan konektivitas, daerah ini sudah termasuk baik dengan adanya jalan raya yang menghubungkan dengan kabupaten-kabupaten lain.
Fenomena dan masalah sosial budaya Rawa Pening adalah penggunaan pupuk untuk pertanian mengalir ke rawa. Humus dari pembusukan di dasar rawa menghasilkan tanah gambut dengan PH rendah dan kualitas airnya menjadi asam.

Solo at night


SOLO AT NIGHT
(Menghantui KKL 1)

Solo merupakan spot terakhir yang kami kunjungi pada KKL 1 di hari yang pertama, yaitu senin tanggal 12 Juli 2012. Di spot yang terakhiri ini kami diberi waktu untuk bersenang-senang sejenak setelah menjalani hari pertama KKL1 yang bisa dibilang cukup melelahkan. Lokasi saat itu di sekitar kawasan Keraton Solo. Pada malam itu tampaknya dijadikan kesempatan bagi peserta KKL1 untuk melengkapi catatannya. Saya pun juga tergerak untuk melengkapi ceklist dan catatan pada notes.
Ceklist pada hari pertama pun sudah selesai saya lengkapi. Ketika saya berniat ingin melengkapi catatan pada notes, saya baru menyadari bahwa notes saya hilang. Pada saat itu rasa takut dan khawatir akan dihukum oleh P. Widi mulai bergejolak, karena beliau merupakan penegak disiplin pada KKL 1 ini. Saya pun mulai sibuk mencari-cari notes yang hilang, sedangkan yang lain masih sibuk dengan ceklistnya masing.
Setelah sekian lama mencari dan tidak menuaikan hasil akhirnya terdengar bus pun akan berangkat ke penginapan. Akhirnya saya masuk bus. Di dalam bus rasa khawatir saya mulai menjadi-jadi karena teman-teman yang menakut-nakuti saya. Saya mulai berimajinasi tentang apa yang akan terjadi terhadap saya, dan hukuman apa yang akan diberikan kepada orang teledor seperti saya. Apakah saya akan diberi uang Rp 5.000 kemudian disuruh pulang?
Setelah sampai di penginapan saya menemui dosen pembimbing dan menjelaskan mengenai notes yang hilang itu. Karena dosen pembimbing saya baik hati maka saya tidak dikenai sanksi dan disuruh menulis ulang ke notes lain. Walaupun demikian kejadian ini merupakan hal sangat fatal. Karena catatan merupakan hal yang paling penting dalam melakukan servey bentanglahan. Semoga ke depannya saya bisa menjadi manusia yang lebih berhati-hati supaya kejadian seprti ini tidak terjadi dikemudian hari. Amin